Selasa, 06 Maret 2012

Tugas Merangkum Pembelajaran Menulis


PENGAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVMENT DIVISION (STAND)
BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Sutarman
Pendahuluan
Sebagai acuan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang secara ideal harus mencetak lulusan yang terampil berbahasa, orientasi akhir dari proses pembelajaran bahasa (Kurikulum 2006) mengarah pada penguasaan empat keterampilan berbhasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, menurut Alwasilah (2003), keterampilan menulisalah yang sampai saat ini perkembangannya masih rendah.
Keterampilan menulis memang memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Kegiatan menulis baru dapat terlaksana setelah manusia “belajar” dahulu mengenai bahasa tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan keterampilan menyimak dan berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir. Dengan kata lain, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang tidak sederhana. Kesulitan dalam menulis diakui oleh banyak pihak . Nugiyantoro (1988:191) dan Alwasiah (1994:79-80) mengakui bahwa kemampuan menulis lebih lebih sulit dikuasai dibandingkan engan kemampuan berbahasa lainnya, sekalipun oleh penutur asli. Hal itu disebabkan oleh kemampuan menulismenghendaki penguasaan berbagai unsure kebahasan dan unsure diluar bahasa yang akan menjadi unsure tulisan.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran menulis adalah model mengajar kooperatif  Tipe Student Team Achievment Division (STAD). Model ini merupakan cabang dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yang berusaha memberdayakan interaksi antar siswa dalam dinamika kelompok. Model tersebut menekankan kegiatan berlatih dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1995:3). Terdapat dua langkah yang harus disiapkan untuk terwujudnya belajar kooperati. Pertama, perlu adanya motivasi peserta belajar (student motivation). Kedua, pelaksanaan proses belajar (learning process) yang berincikan kooperatif (Killen, 1998:89).
Model Mengajar
Joyce & Weil (2000:1) yang mengungkapkan bahwa model mengajar ialah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum, menyusun materi pengajaran, dan memberi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas atau pun lainnya.  Mereka mengelompokkan model mengajar menjadi 4 rumpun, yaitu:
·         Information-Processing Models (Model pemrosesan Informasi)
Yaitu model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungannya, dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah, serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal.
·         Personal Models (Model Pribadi)
Berorientasi kepada perkembangan diri individu.
·         Social Interaction Models (Model Interaksi Sosial)
Mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat atau orang alian, dan memusatkan perhatiannya kepada proses realita yang ada dan dipandang sebagai negoisasi sosial.
·         Behavioral Models (Model Prilaku)
Dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu  kerangka teori perilaku.
Psikologi Belajar Bahasa
Perkembangan ilmu psikologi berpengaruh pada perkembangan “metode” pembelajaran bahasa. Sedikitnya ada dua teori psikologi belajar yang meramaikan pencarian “metode terbaik” dalam pengajaran bahasa yaitu teori behavioristik dan teori kognitif.
1.      Teori Behavioristik
Prinsip teori behavioristik relatif sederhana, yakni suatu pandangan mengenai perilaku belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Titik sentral kegiatannya terletak pada proses penyempurnaan latihan untuk membentuk kebiasaan.
2.      Teori Kognitif teori kognitif dipelopori oleh Jean Piaget. Teori ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Teori kognitif menjadi relasi linguistik dan basis nasional pengajaran bahasa dimulai oleh Noam Chomsky pada tahun 1960-an. Perkembangan metode pembelajaran bahasa yang berbasis teori kognitif dilukiskan oleh Abdul Hamied (19877:130-131) sebagai teori mengajar bahasa yang baru, metode kognitif belum diamati secara kritis. Pada awal tahun delapan puluhan kontribusinya telah dibayang-bayangi oleh pergeseran minat pada pendekatan komunikatif.
Landasan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Teori konstruktivisme mengajurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran. Karena penekanannya pada siswa, strategi konstruktivisme sering disebut  pengajaran yang terpusat pada siswa atau student-centered instruction. Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, otak siswa dianggap sebagai mediator yang memproses masukan dari lingkungnanya dan menentukan apa yang akan dipelajari. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up.
1.      Teori Belajar Piaget
Dalam teorinya Pieget memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak (Soemanto, 1998:130). Pieget (dalam Suparno, 1997:30) menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan adaptasi pikiran ke dalam lingkungannya, sehingga struktur intelektual di dalam individu terjadi akibat interaksinya dengan lingkungan. Pieget memandang perkembangan intelektual atau kemampuan kognitif terjadi melalui empat tahap yang berbeda, yaitu (1) Skema (struktur kognitif), (2) Asimilasi, (3) Akomodasi, (4) Ekuilibrasi. Pengaplikasian di dalam belajar perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi.
2.      Teori Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky didasarkan pada dua ide utama: (1) perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya penglaman siswa, (2) perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system), dengan sistem-sistem isyarat itulah individu-individu tumbuh (Nur, 1998:31).
Teori Vygotsky dalam pembelajaran, yaitu penerapan pola pikir bahwa perkembangan kognitif sangat erat kaitannya dengan masukan dari orang lain dan selanjutnya siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya sendiri. 
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori, riset dan latihan dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif hadir ketika siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tujuan belajar bersama (Johnson & ajaohnson, 19991:1)
Slavin  (1995:3) berpendapat pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok heterogen.
Slavin (1995:17) menguraikan beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
·         Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menunjang tinggi norma kelompok,
·         Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersama-sama berhasil
·         Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan
·         Interaksi sesama siswa seiring dengna peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat
Selanjutnya Slavin (1995:19) menguraikan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu adanya kelompok yang tidak aktif. Hal ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut: (1) masing-msing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan kelompok, dan (2) masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan oleh skor perkembangan tiap individu.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif terdiri atas beberapa tipe, antara lain:
·         Student Team AchiievementDivision (STAD),
·         Teams-Games-Tournaments (TGT),
·         Team Assisted Individualization (TAI),
·         Cooperative  Integrated Reading and Composition (CIRC),
·         Jigwas,
·         Learning Together, dan
·         Group Investigation
Student Team Achievement Division (STAD), siswa ditempatkan pada kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku. Pada proses pembelajarannnya melalui lima tahap, yang meliputi:
·         Tahap penyajian materi
·         Tahap kegiatan kelompok
·         Tahap tes individual
·         Tahap perhitungan skor perkembangan individu
·         Tahap pemberian penghargaan kelompok
Evaluasi Pembelajaran Kooperatif
Evaluasi pembelajaran kooperatif berpijak pada pemikiran dasar bahwa kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat [enting artinya bagi kelangsungan hidup.  Model ini belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita, walaupun kita sering membanggakan nilai gotong royong dalam budaya bangsa Indonesia. Kebanyakan guru  enggan menerapkan sistem kerja kelompok karena beberapa alasan. Salah satunya adalah penilaian yang dianggap kurang adil. Sebenarnya ketidakadilan tersebut tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok, jika guru benar-benar menerapkan prosedur sistem pengajaran/ penilaian cooperative learning. Dalam penilaian cooperative learning, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok (Lie, 2008:87). Metode pembelajaran dan penilaian cooperative learning perlu lebih sering dipakai dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses pendewasaan dan pengembangan siswa, sistem belajar perlu memperhatikan pula aspek-aspek afltetif, sedangkan sistem individu mulai memperhatikan aspek efektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Sistem pendidikan gotong-royong merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetensi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.




puisi karya chairil anwar

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943
referensi www.wikipedia.com