PENGAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVMENT
DIVISION (STAND)
BAGI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS
Sutarman
Pendahuluan
Sebagai
acuan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang secara ideal harus mencetak
lulusan yang terampil berbahasa, orientasi akhir dari proses pembelajaran
bahasa (Kurikulum 2006) mengarah pada penguasaan empat keterampilan berbhasa
yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan
berbahasa tersebut, menurut Alwasilah (2003), keterampilan menulisalah yang
sampai saat ini perkembangannya masih rendah.
Keterampilan
menulis memang memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Kegiatan
menulis baru dapat terlaksana setelah manusia “belajar” dahulu mengenai bahasa
tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan keterampilan menyimak dan
berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir. Dengan kata lain, menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang tidak sederhana. Kesulitan dalam menulis diakui oleh banyak pihak . Nugiyantoro
(1988:191) dan Alwasiah (1994:79-80) mengakui bahwa kemampuan menulis lebih
lebih sulit dikuasai dibandingkan engan kemampuan berbahasa lainnya, sekalipun
oleh penutur asli. Hal itu disebabkan oleh kemampuan menulismenghendaki
penguasaan berbagai unsure kebahasan dan unsure diluar bahasa yang akan menjadi
unsure tulisan.
Salah
satu metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan proses pembelajaran menulis
adalah model mengajar kooperatif Tipe
Student Team Achievment Division (STAD). Model ini merupakan cabang dari model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yang berusaha memberdayakan
interaksi antar siswa dalam dinamika kelompok. Model tersebut menekankan
kegiatan berlatih dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok
heterogen (Slavin, 1995:3). Terdapat dua langkah yang harus disiapkan untuk
terwujudnya belajar kooperati. Pertama, perlu adanya motivasi peserta belajar
(student motivation). Kedua, pelaksanaan proses belajar (learning process) yang
berincikan kooperatif (Killen, 1998:89).
Model
Mengajar
Joyce
& Weil (2000:1) yang mengungkapkan bahwa model mengajar ialah suatu rencana
atau pola yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum, menyusun materi
pengajaran, dan memberi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas atau
pun lainnya. Mereka mengelompokkan model
mengajar menjadi 4 rumpun, yaitu:
·
Information-Processing
Models (Model pemrosesan Informasi)
Yaitu model mengajar
yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari
lingkungannya, dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah,
membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah, serta penggunaan simbol-simbol
verbal dan nonverbal.
·
Personal Models (Model
Pribadi)
Berorientasi kepada
perkembangan diri individu.
·
Social Interaction
Models (Model Interaksi Sosial)
Mengutamakan hubungan
individu dengan masyarakat atau orang alian, dan memusatkan perhatiannya kepada
proses realita yang ada dan dipandang sebagai negoisasi sosial.
·
Behavioral Models
(Model Prilaku)
Dibangun atas dasar
teori yang umum, yaitu kerangka teori
perilaku.
Psikologi
Belajar Bahasa
Perkembangan
ilmu psikologi berpengaruh pada perkembangan “metode” pembelajaran bahasa.
Sedikitnya ada dua teori psikologi belajar yang meramaikan pencarian “metode
terbaik” dalam pengajaran bahasa yaitu teori behavioristik dan teori kognitif.
1. Teori
Behavioristik
Prinsip teori
behavioristik relatif sederhana, yakni suatu pandangan mengenai perilaku
belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Titik sentral kegiatannya terletak
pada proses penyempurnaan latihan untuk membentuk kebiasaan.
2. Teori
Kognitif teori kognitif dipelopori oleh Jean Piaget. Teori ini menegaskan bahwa
setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Teori kognitif menjadi
relasi linguistik dan basis nasional pengajaran bahasa dimulai oleh Noam
Chomsky pada tahun 1960-an. Perkembangan metode pembelajaran bahasa yang
berbasis teori kognitif dilukiskan oleh Abdul Hamied (19877:130-131) sebagai
teori mengajar bahasa yang baru, metode kognitif belum diamati secara kritis.
Pada awal tahun delapan puluhan kontribusinya telah dibayang-bayangi oleh
pergeseran minat pada pendekatan komunikatif.
Landasan
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham
konstruktivisme. Teori konstruktivisme mengajurkan peranan yang lebih aktif
bagi siswa dalam pembelajaran. Karena penekanannya pada siswa, strategi
konstruktivisme sering disebut
pengajaran yang terpusat pada siswa atau student-centered instruction.
Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri,
otak siswa dianggap sebagai mediator yang memproses masukan dari lingkungnanya
dan menentukan apa yang akan dipelajari. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran
lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up.
1. Teori
Belajar Piaget
Dalam teorinya Pieget
memandang proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual
dari konkret menuju abstrak (Soemanto, 1998:130). Pieget (dalam Suparno,
1997:30) menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan adaptasi pikiran
ke dalam lingkungannya, sehingga struktur intelektual di dalam individu terjadi
akibat interaksinya dengan lingkungan. Pieget memandang perkembangan
intelektual atau kemampuan kognitif terjadi melalui empat tahap yang berbeda,
yaitu (1) Skema (struktur kognitif), (2) Asimilasi, (3) Akomodasi, (4)
Ekuilibrasi. Pengaplikasian di dalam belajar perkembangan kognitif bergantung
pada akomodasi.
2. Teori
Belajar Vygotsky
Teori Vygotsky
didasarkan pada dua ide utama: (1) perkembangan intelektual dapat dipahami
hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya penglaman siswa, (2)
perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system), dengan
sistem-sistem isyarat itulah individu-individu tumbuh (Nur, 1998:31).
Teori Vygotsky dalam
pembelajaran, yaitu penerapan pola pikir bahwa perkembangan kognitif sangat
erat kaitannya dengan masukan dari orang lain dan selanjutnya siswa bertanggung
jawab untuk mempelajarinya sendiri.
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori, riset dan
latihan dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif hadir ketika siswa bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan tujuan belajar bersama (Johnson &
ajaohnson, 19991:1)
Slavin (1995:3) berpendapat pembelajaran kooperatif
lebih menekankan pada belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok
heterogen.
Slavin
(1995:17) menguraikan beberapa nilai positif dalam pembelajaran kooperatif,
antara lain:
·
Siswa bekerja sama
dalam mencapai tujuan dengan menunjang tinggi norma kelompok,
·
Siswa aktif membantu
dan mendorong semangat untuk bersama-sama berhasil
·
Siswa aktif berperan
sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan
·
Interaksi sesama siswa
seiring dengna peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat
Selanjutnya
Slavin (1995:19) menguraikan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
adanya kelompok yang tidak aktif. Hal ini dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut: (1) masing-msing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian
tertentu dari permasalahan kelompok, dan (2) masing-masing anggota kelompok
harus mempelajari materi secara keseluruhan, karena hasil kelompok ditentukan
oleh skor perkembangan tiap individu.
Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran
kooperatif terdiri atas beberapa tipe, antara lain:
·
Student Team
AchiievementDivision (STAD),
·
Teams-Games-Tournaments
(TGT),
·
Team Assisted
Individualization (TAI),
·
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
·
Jigwas,
·
Learning Together, dan
·
Group Investigation
Student
Team Achievement Division (STAD), siswa ditempatkan pada kelompok belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,
jenis kelamin dan suku. Pada proses pembelajarannnya melalui lima tahap, yang
meliputi:
·
Tahap penyajian materi
·
Tahap kegiatan kelompok
·
Tahap tes individual
·
Tahap perhitungan skor
perkembangan individu
·
Tahap pemberian
penghargaan kelompok
Evaluasi
Pembelajaran Kooperatif
Evaluasi
pembelajaran kooperatif berpijak pada pemikiran dasar bahwa kerja sama
merupakan kebutuhan yang sangat [enting artinya bagi kelangsungan hidup. Model ini belum banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan kita, walaupun kita sering membanggakan nilai gotong royong dalam
budaya bangsa Indonesia. Kebanyakan guru
enggan menerapkan sistem kerja kelompok karena beberapa alasan. Salah
satunya adalah penilaian yang dianggap kurang adil. Sebenarnya ketidakadilan
tersebut tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok, jika guru benar-benar
menerapkan prosedur sistem pengajaran/ penilaian cooperative learning. Dalam
penilaian cooperative learning, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok
(Lie, 2008:87). Metode pembelajaran dan penilaian cooperative learning perlu
lebih sering dipakai dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses
pendewasaan dan pengembangan siswa, sistem belajar perlu memperhatikan pula
aspek-aspek afltetif, sedangkan sistem individu mulai memperhatikan aspek
efektif untuk mencapai hasil-hasil kognitif. Sistem pendidikan gotong-royong
merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam
sistem kompetensi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif.